Selasa, 14 Oktober 2014

Kearifan Lokal Subak di Bali



Kearifan lokal adalah dasar untuk pengambilan kebijakkan pada level lokal dibidang kesehatan, pertanian, pendidikan, pengelolaan sumber daya alam dan kegiatanmasyarakat pedesaan. Dalam kearifan lokal, terkandung pula kearifan budaya lokal.Kearifan budaya lokal sendiri adalah pengetahuan lokal yang sudah sedemikianmenyatu dengan sistem kepercayaan, norma, dan budaya serta diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama. Seperti contohnya adalah kearifan lokal Pertanian Subak di bali.




Pulau Bali tidak hanya terkenal dengan pantai, tari-tarian, maupun keramahan penduduknya. Bali juga memiliki segudang keunikan lain yang begitu menarik perhatian dunia. Subak adalah salah satunya. Di balik hijaunya areal persawahan di hampir seluruh Bali, tersimpan sebuah rahasia. Ada sebuah kearifan lokal yang tetap dijunjung tinggi masyarakat Bali. Kearifan lokal yang membuat setiap pohon padi yang ditanam nantinya akan tumbuh subur dan menghasilkan padi yang berlimpah. Subak telah menjelma menjadi sebuah budaya yang berperan penting dalam keberhasilan pertanian di pulau dewata. Sistem subak telah melintasi waktu dan generasi. Ia memberi kesejahteraan dan kemerataan hasil produksi pertanian bagi masyarakat Hebatnya lagi, rahasia warisan leluhur ini telah diakui UNESCO pada tahun 2012 sebagai salah satu situs warisan dunia. Tidak hanya masyarakat bali yang berbangga dengan penghargaan ini. Nnamun, Indonesia keseluruhan.
            Subak adalah organisasi tradisional Bali yang memelihara dan mengatur sistem irigasi pertanian yang sudah ada sejak dulu. Sejumlah sumber menyebut, sistem subak tercipta sejak ratusan tahun silam ketika terjadi imigrasi secara besar-besaran dari Jawa ke Bali. Lembaga subak diperkirakan merupakan perkembangan dari sawah kering atau tegalan yang sebelumnya berkembang di pulau Jawa. Subak mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali. Sistem pengairan ini diatur oleh seorang pemuka adat yang juga adalah seorang petani. Sistem subak berpijak pada prinsip aliran air dari atas dengan topografi pesawahan yang berbukit dan distribusi air yang berkeadilan antar petani penggarap sawah.
Walau merupakan warisan nenek moyang masyarakat Bali, namun subak mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi bidang pertanian dengan kearifan lokal yang tetap dijunjung tinggi. Tidak hanya agama maupun budaya, namun juga beradaptasi dengan ekonomi, hukum, hingga lingkungan. Sistem subak dinilai punya nilai-nilai untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.
Sejumlah data mengungkapkan, ada lebih dari seribu subak di seluruh Bali. Semuanya didasari oleh ajaran tri hita karana yang mengajarkan agar setiap orang selalu mengupayakan keseimbangan antara pengabdian manusia kepada Tuhan atau parahyangan, dengan pelayanan mereka terhadap sesama manusia atau pawongan, dan kecintaan merawat alam lingkungan agar tetap lestari atau palemahan.
Sistem subak menerapkan kesadaran dan kegotong royongan yang sangat tinggi. Tidak ada yang melanggarnya karena masyarakat Bali sangat takut dengan awig-awig atau peraturan. Peraturan ini telah menjadi hukum tertulis yang memuat seperangkat kaidah bertingkah laku dalam masyarakat petani. Tidak hanya teknis pembagian air kepada masyarakat, tapi juga norma selama ia menyandang sebagai seorang petani dalam status sosial. Bahkan juga mengatur hubungan antara petani dengan sang pencipta atau sang hyang widhi.

Subak merupakan teknologi yang masih tradisional dan berkearifan lokal. Peran manusia dalam tata bagi distribusi air untuk keperluan irigasi persawahan masih didominasi oleh tenaga, kemampuan, kearifan, dan sikap adil dari masyarakat yang dipimpin oleh pemangku adat.
Di sinilah letak keunggulan dari sistem subak. Kesadaran untuk bekerja secara sosial terbentuk tanpa menafikan penguasaan atas lahan pribadi. Kearifan pemangku adat dalam membagi jatah air pada masyarakat petani menjadi gaya kepemimpinan lokal yang berkeadilan.
Sistem subak dirancang dan telah diwarisi secara turun-temurun oleh masayarakat petani di Bali untuk kelancaran pembagian air di lahan persawahan yang merupakan penyangga utama kehidupan masyarakat dan adat istiadat di selama berabad-abad. Sistem pembagian air ini merupakan cara bersama untuk berbagi kebahagiaan. Indah, dan dunia pun sudah mengakuinya.


Sumber: Edi Ginting.(2012). Sebak, Kearifan Bali Yang Jadi Warisan Dunia. Tersedia :  http://www.ediginting.com/2012/07/subak-kearifan-bali-yang-jadi-warisan.html 14 Oktober 2014 Jam 14.00.


4 komentar: