Selasa, 21 Oktober 2014

Mesin Penanam Padi Modern di Taiwan





Pertanian modern merupakan hal yang sangat diharapkan untuk sektor pertanian saat ini. Apabila bicara mengenai pertanian modern, yang terpikir dalam benak kita adalah penggunaan alat-alat canggih seperti traktor dan lain-lain. Beberapa petani di Indonesia juga sudah ada yang menggunakan alat-alat canggih, namun hal tersebut masih sebagian kecil yang rata-rata digunakan oleh petani kaya atau yang sektor usaha taninya cukup luas. Para ahli dari Taiwan telah menciptakan mesin yang sangat berguna bagi para petani padi untuk menghasilkan hasil yang efisien dan efektif. Mesin tersebut berupa mesin penanam padi modern (Rice Planting Machine).

Mesin ini dapat beroprasi dengan efektif dan efisien di hamparan sawah seluas satu hektar, hanya memerlukan waktu tiga jam untuk menanam padi. Keadaan ini sungguh nyata terjadi jika menggunakan mesin tanam padi seperti yang ada di Taiwan. Dengan cara tanam tersebut tentu dapat menghemat tenaga kerja, waktu serta yang menggiurkan adalah hasil panen lebih memuaskan. Per hektar mampu menghasilkan 12 ton gabah.
Sistem pertanian modern di Taiwan menjadi daya tarik bagi Kepala KDEI Taipei saat mengikuti arahan konsultan teknik Chang Kuo-An dalam perjalanan kunjungannya menemui para petani Taiwan beberapa waktu lalu.
Mr. Chang menjelaskan, jika pertanian di Taiwan sistem menanam padi sangat jauh dengan sistem yang ada di Indonesia.Jika petani Indonesia dari bibit di semai dihamparan persemaian. Setelah persemaian tumbuh dengan memakan waktu kira-kira 15 hari barulah bibit padi di cabut(di daut) dari persemaian. Setelah itu padi baru di tanam diatas lahan. Dalam satu hektar cara penanaman ini memerlukan waktu seminggu dan membutuhkan tenaga kerja sekitar empat atau lima orang.
Menurut  Mr. Chang, jika sistem tanam seperti petani di Indonesia diatas, tentu ada beberapa kekurangannya. Diantaranya, bibit padi yang telah tumbuh di media semai, lantas di cabut lagi lalu di tanam di lahan sawah, akan kurang bagus hasilnya. Karena padi yang di cabut akan stress dan untuk pulih memerlukan waktu seminggu. Induknya sudah tumbuh, anakannya baru tumbuh seminggu lagi. Selanjutnya bibit yang di cabut akar-akarnya akan tertinggal di lahan persemaian kira-kira bisa mencapai 40 persennya. Jadi ada 40 persen bibit yang hilang.Hal ini tentu akan mempengaruhi hasil produksi.
Namun jika menggunakan sistem tanam modern dari Taiwan ini, bibit padi di semai di sebuah wadah pot persegi empat dengan ketinggian 2 cm. Media tanam menggunakan campuran tanah humus, batu bata merah yang telah di haluskan dan sekam. Keberadaan batu bata merah halus dan sekam ini untuk menghemat tanah dan memberi pori-pori pernafasan bibit. Selanjutnya campuran padi dan pupuk di semaikan diatas media tanam.Hanya memerlukan waktu sembilan hari bibit-bibit padi sudah bisa di tanam di atas lahan sawah.
Cara tanam dengan menggunakan mesin tanam ini hanya memerlukan waktu tiga jam per hektar. Menggunakan mesin tanam ini, selain lebih efisien waktu dan tenaga juga membuat tanaman rapi, karena secara otomatis mesin telah memisah-misah bibit dengan jumlah yang sama dan dalam garis yang sama pula.Dengan menggunakan sistem ini, akan memperpendek proses olah, tanam dan petik. Mulai dari persemaian hingga panen, petani akan lebih diuntungkan dengan system ini.
Keunggulan teknologi pertanian  Taiwan ini, karena proses pertanian di dukung mesin sehingga seluruh prosesnya tidak banyak menyerap tenaga manusia. Seperti yang terlihat di lokasi, jika terdapat dua ruang yang terdapat mesin pompainer. Satu ruang khusus untuk mencampur tanah gabah dan pupuk, serta satu ruang lagi sebagai tempat pencetakan bibit.MenuruT Mr. Chan jika mesin pompainer berfungsi untuk menjaga mutu  bibit yang di tanam.Sementara mesin-mesin ini mampu menghasilkan produksi bibit sekitar 3000 dapot per jam.
Suhartono dalam kunjungannya juga sempat menjalankan mesin tanam padi.Menurutnya mesinnya mudah dijalankan, dan jika petani Indonesia menggunakan mesin ini, diharapkan Indonesia bakal menjadi negara surplus akan pangan. Mengingat lahan di Indonesia masih cukup luas sementara tak di manfaatkan dengan baik.” Jika saja Indonesia mengadopsi sistem pertanian seperti ini, mungkin cerita soal import beras tak ada ceritanya lagi. Terutama bagi petani, yang bakal merasakan manfaatnya karena panen bisa tiga kali dalam setahun karena pendeknya waktu.Selain itu tenaga kerja muda, yang mungkin malu bekerja di sawah dan memilih ke luar negeri juga akan berkurang. Karena dengan menggunakan system pertanian modern hasil yang di dapatkan akan memuaskan. maka kenapa mesti keluar negeri?’ ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan Chang Kuo-An, jika sudah saat Indonesia menggunakan tehnologi modern dalam pertaniannya, karena jika tidak bakal ketinggalan dengan petani-petani dari negara lain. Yang karena ketertinggalan tersebut akhirnya sangat tak masuk akal, jika negara agraris sampai mengimport beras untuk memenuhi kebutuhan pangan warganya.
Kondisi memodernkan sarana pertanian di Indonesia sangat mungkin untuk diwujudkan mengingat kerbau dan sapi mulai ditinggalkan untuk membajak sawah dan lahan garapan pertanian yang tersedia juga masih cukup luas (meski telah berangsur-angsur berkurang karena terjadinya alih fungsi lahan pertanian).  Salah satu peralatan mesin pertanian yang akrab bagi petani di sawah adalah traktor pembajak sawah. Sejak traktor diterima oleh masyarakat petani maka banyak petani meski tidak membeli atau memiliki sendiri,  ternyata banyak  yang memakai jasa dengan cara menyewa. Kebanyakan sekaligus dengan jasa operator traktornyanya juga untuk membajak sawah mereka dengan lebih terampil, praktis dan mekanis. Mungkin bisa jadi memiliki alat ini dapat menjadi peluang bagus bagi para pemodal alih-alih membantu para petani dan membantu program pemerintah menuju swasembada beras. Jika sekarang petani sulit mendapatkan tenaga-tenaga yang mau bekerja di sawah, maka dengan mesin olah tanam ini semuanya dapat diatasi. Dengan menyewakan pada petani tentu menjadi peluang usaha bagi para petani besar yang lahannya luas, dan tentu saja dengan sekaligus menyiapkan operatornya. Permasalahannya tinggal menghitung berapa harga mesin ini dan kira-kira sampai kapan dapat kembali modal. Perlu analisis usaha yang lebih detail lagi dalam memutuskannya.

Sumber : Nurul Utari (2010) Pertanian Moderen. Tersedia : http://agri-ind.blogspot.com/p/pertanian-modern.html 21 Oktober 2014 Jam 14.10
Sumber : Kemeninfo (2010) Belajar Pertanian Moderen dari Pertanian Taiwan. Tersedia : http://www.pekalongankab.go.id/fasilitas-web/artikel/pertanian/3221-belajar-pertanian-modern-dari-petani-taiwan.html 21 Oktober 2014 Jam 14.15
Sumber : Yesshy Yee (2010) Negara dengan pertanian Terbaik. Tersedia :  http://pameranpertanian.blogspot.com/p/negara-dengan-pertanian-terbaik.html  21 Oktober 2014 Jam 14.20
Sumber : Sunarty Endang (2012) Mengintip Pertanian Moderen Taiwan. Tersedia :  http://pertanian-bojonegoro.blogspot.com/2012/10/mengintip-pertanian-modern-taiwan.html 21 Oktober 2014 Jam 14.25
Sumber : Khusnan (2013) Mesin Penanam Padi Otomatis. Tersedia :  http://mesin-usaha-ukm.blogspot.com/2013/10/mesin-penanam-padi-otomatis.html 21 Oktober 2014 Jam 14.30

3 komentar:

  1. mengapa hanya sebagian kecil rakyat indonesi yang menggunakan alat tersebut?

    BalasHapus
    Balasan
    1. karna pengetahuan mengenai teknologi pertanian modern di masyarakat masih kurang dan masih membudayakan teknik tradisional didalam pertanian...

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus